Rabu, 14 September 2011

Kehidupanku Semasa Kecil

Jujuk Cahyono Triadi Saputro atau yang tenar dengan sebutan Djoedjoex CTS, dulunya adalah lelaki kecil yang belum tau tentang mengenai kehidupan. aku dilahirkan dari seorang ibu dan Bapak yang menurutku luar biasa. sejak aku dilahirkan aku ngerasa banyak kesedihan yang menghinggapiku, aku ngerasa kurangnya perhatian orang tuaku dan merasa berada dalam bayang-bayang kedua kakaku.

sejak kecil, sejak aku mulai bisa merangka aku sudah jauh n sering di tinggal kedua orang tuaku untuk mencari nafkah keluarga. ayah dan ibuku selalu pergi tiap pagi dan pulang malam untuk mencari nafkah. aku hanya ditinggal dengan seorang nenek yang tua renta dengan berbagai kekuranganya. nenekku bernama mbah Semu, nenek yang luar biasa dalam menghadapi cobaan hidup. nenek sejak masih muda, bliau sudah mendapat cobaan yang berat. karena sudah di tinggal anak-anaknya (paman dan bibi) untuk menghadap sang pencipta (meninggal dunia). di tambah lagi datang cobaan yang berat, yaitu bliau harus hidup dengan kekurangan fisik. yang awalnya bisa melihat, penglihatan itu telah di ambil sang pencipta (buta). aku selalu di tinggal ibu dan bapaku setiap hari dan selalu di rawat dan di timang oleh neneku.

saat aku mulai mengetahui kehidupan, kesedihanku mulai bertambah. karena sering mendengar pertengkaran ayah dan ibu. pertengkaran yang di karenakan bapakku sering selingkuh dan ibuku yang selalu cemburu dengan keadaan itu. hari-hariku selalu di selimuti pertengkaran mereka, tiap pagi, siang, sore, bahkan malam selalu ada cek cok mulut dari kedua orang tuaku.

saat aku mulai usia 6 tahun, aku mulai masuk ke sekolah Dasar. di sana aku mendapatkan kehidupan yang baru, aku bertemu dengan teman-teman yang baik dan guru yang baik pula. Di SD ku aku bertemu dengang sosok guru yang sepesial, dia adalah Bu Harni. guru yang baik dan penyayang terhadap murit-murinya, dan sudah tak anggap seperti ibuku sendiri. karena tiap masuk sekolah aku selalu cari perhatian dari bliau, baik dengan cara minta gendong atau pun minta pangku. semakin lama kesedihanku mulai terkikis dengan hadirnya orang-orang baru dalam kehidupanku.

saat aku mulai masuk kelas 2 SD, saat itu aku merasa tidak percaya n tidak mau percaya. karena disaat aku mulai merasakan kebahagiaanku, aku harus melepaskan dan merelakanya untuk pindah sekolah. yaitu, saat itu rumahku mulai pinda ke dukuh Joan dan tentunya aku harus pindah sekolah pula, karena sekolahanku yang dulu sangat jauh dari rumah baruku. akhirnya aku mau pindah ke SD 5, biarpun saat aku pamitan dengan Bu harni, air mataku terkuras habis karena harus jauh dengan guru favoritku itu.

aku kira, setelah pindah rumah bapak dan ibuku sudah tidak bertengkar lagi. tapi itu semua salah, mereka tetap seperti dulu, masih suka bertengkar. aku dan kakak perempuanku selalu ngerasa sedih dan takut kepada mereka, aku selalu menangis saat mendengar mereka bertengkar. dan aku selalu berdoa kepada Allah semoga mereka cepat baikan, karena aku ngerasa terganggu dengan kehidupan seperti ini.

saat aku mulai masuk kelas 5 SD, aku ngerasa takut banget. karena disana aku akan bertemu guru yang sangat kejam dan seram, dia adalah bapak Rejo. rasa takut itu tidak hanya menghinggapiku, tapi kepada semua teman-teman satu kelas yang sudah mengetahui seluk beluk bapak Rejo. kami tau kalau bliau kejam adalah karena, banyak cerita dari kakak kelas yang sudah pernah di ajar Bliau. tapi setelah kami merasakan di ajar Bliau, ternyata tidak seseram dan sesadis yang dikatakan kakak kelas kami. bliau guru yang lucu dan baik, mungkin bliau kejam kepada kakak kelas karena mereka sulit di atur. akhirnya aku mulai dekat dengan bapak Rejo, ternyata Bliau kenal baik sama bapak n pamanku. dan anehnya lagi ternyata bliau sudah mengenalku lebih lama bahkan sebelum aku masuk SD 5, karena bliau adalah suami Ibu Harni, Guru favoritku sewaktu aku masih tinggal di SD 3.

aku selalu berfikir suatu saat aku harus pergi dari kehidupanku yang berat. yaitu jauh dari pertengkaran bapak dan ibuku. hingga akhirnya setelah aku lulus SD aku memutuskan untuk pergi dari rumah, yaitu aku memutuskan untuk sekolah di MTs N Bawu dan sekalian tinggal di pondok. awalnya keputusanku ini di tentang oleh bapakku, tapi karena semua keluargaku mendukung terutama ibuku, akhirnya aku di izinkan. dan akhirnya disana aku bisa belajar tenang dan jauh dari keribitan yang dialami kedua orang tuaku. aku hanya bisa berdoa semoga mereka tidak bertengkar lagi.

tapi sayang saat aku muli masuk SMA, aku mendapat kabar bahwa Bapak rejo telah meninggal karena sakit, saat itu hatiku sedih banget. dan hanya bisa berdoa semoga amal perbuatan bliau bisa di terima di sisiNya. Amiin.!!!

0 komentar:

Template by : djoedjoex cts